Lucunya Anak Monyet Ini Saat Ditanya 'Anak Siapa'
![]() |
Anak Monyetin saat ditanyai 'Anak siapa' |
Kafir.com -Seekor anak monyet berusia 6 bulan hanya bisa garuk kepala dan badan saat ia ditanya 'anak siapa'.
Ditanya 'apakah ia anak monyet' ia mengangaruk kepala. Kemudian saat ditanya 'apakah ia anak manusia', ia kembali menggaruk kepala sambil unjuk gigi.
Kemudian, saat ia ditanya 'apakah ayahnya beruang', ia kembali melakukan hal yang sama. Bahkan ketika ia ditanya 'apakah kamu anak kafir' ia kembali menggaruk kepala sambil lompat-lompat.
Terpisah ibu monyet, Monyetin saat ditanyai mengenai sikap anaknya sempat bersikap acuh. Namun demi menjaga jati dirinya sebagai hewan terpintar diantara para hewan, iapun menjawab.
Kepada Kafir.com, Monyetin mengatakan anaknya tidak bego atau bingung saat ditanya 'anak hewan mana'. Menurut Monyetin, prilaku itu wajar saja dikeluarkan oleh anaknya mengingat semua hewan yang disebut ada kemiripan dengan kaum Monyet.
"Pertama, lo kan tanya apakah anak monyet? Nah uda tau masih bertanya pula. Jangan nodai kura-kura (istilah 'kura-kura dalam perahu') lah," canda Monyetin.
Ia melanjutkan, manusia dan monyet hampir sama. Bedanya karena 'bulu monyet saja lebih banyak'. Ia juga mengatakan baik Monyet maupun manusia masing-masing punya kelebihan. Kelebihan monyet kata Monyet berusia paru baya itu adalah bisa hidup dimana saja. Sementara kelebihan Manusia lanjutnya, adalah manusia lebih pintar.
Kemudian, Monyetin pun melanjutkan terkait pertanyaan yang dilontarkan keanaknya dengan sebutan 'Kafir'. Monyet mengatakan, manusia lah yang 'Kafir'. Alasan ia mengatakan manusia Kafir karena manusia yang diberikan akal sehat dan pikiran jernih itu justru memaki kepintaran mereka untuk hal-hal buruk.
Ia menjelaskan, sebagai bukti manusia itu lebih kafir dari hewan karena manusia ada yang disebut sebagai 'Kucing Garong, Buaya Darat, Lintah Darat, Ular dan lain sebagainya.
"Bayangkan coba, manusia menyebut manusia lain sebagai, Anjing lah, babi lah, buaya darat lah. hewan ini itu lah. Kan sebutan itu disebutkan sesuai perilaku manusia itu sendiri," tanya Monyetin.
"Jadi manusia itu banyak munafik-nya! Makanya kami bilang manusia lah yang kafir. Coba kalau kami, mana ada kami panggil sesama binatang dengan sebutan hewan lain?," tegas Monyetin.
Lebih lanjut Monyetin berharap manusia tidak perlu menyebut sesamanya dengan sebutan diluar gelar manusia. Karena hal itu tidak merubah manusia sendiri.
No comments